Jumat, 27 Desember 2019

Terbilang Dua Puluh Lima

Hi aku nan seperempat abad.
Sulitnya hidup di Indonesia dengan usia terbilang dua puluh lima. Iya. Di usia tersebut barangkali tidak semua orang dapat mengetahui yangmana hidup nan pantas dan layak untuknya. Realita di usia dua puluh lima disebagian orang tentu tak akan sama.

Setiap pagi, masih bangun lalu berpikir:
“What am I gonna do with my life?
Is this the life I really want to pursue?”

Hal ini bisa terjadi => Saat usiamu dua puluh lima... (aku mengambil tulisan berikut ini dari sebuah akun instagram, seorang penulis AlviSyahrin)

Rasanya hidupmulah nan paling menyedihkan. Rekan-rekanmu telah menikah. Sahabatmu; karirnya melejit, usahanya sukses. Beberapa kawan melanjutkan studi ke luar negri dan prestasi lainnya, sedangkan kamu tertinggal.

Ini sudah bukan usia untuk mengeluh dan menyalahkan sekitar. Ini saatnya kamu berkontemplasi.
"Sudahkah kamu benar-benar berusaha ?"
"Sudahkah kamu mencoba ini-itu ?"
"Ataukah kamu lebih banyak duduk diam dan bersedih ?"
"Sudahkah kamu menapaki jalur yang tepat ?"
"Bagaimana kamu bisa tahu bahwa ini benar ?"
"Ataukah kamu hanya mengikuti keinginan egomu ?"

Di posisimu nan seperti ini, ada satu kebaikan terlupakan.
Waktu luang. Kesempatan menuntut ilmu. Ilmu yang tak akan mengecewakanmu yang bermanfaat untuk kelak, di dunia dan di akhirat.

Dengan menuntut ilmu disertai dengan hati yang tulus mudah-mudahan kamu akan terhindar dari...

Pernikahan yang prematur: bahagia di awal, berikutnya misskomunikasi tanpa henti, kesuksesan melenakan yang perlahan-lahan
membuat hati kosong dan gelisah, rutinitas yang kemudian menjenuhkan, kehidupan duniawi nan begitu menipu yang dapat hilang dalam sekejap mata, nan kemudian membuat bingung dan buntu.

Maka, tuntutlah imu. Ilmu yang mendekatkan kita dengan Sang Pencipta yang kemudian membuat kita memandang dunia dengan perspektif baru; belajar menerima takdir yang telah ditetapkan; berusaha bertakwa di sepanjang hidup; menimbulkan ketentraman hati; senantiasa ingat pada kampung nan kekal yaitu akhirat.

Karena hidup tak sedangkal apa yang dibanggakan orang-orang. Semua ini. Fana.

Begitulah.
Untuk bertahan, kau hanya butuh percaya diri. Tuhanmu tak akan meninggalkanmu dalam menemani perjalanan ini. Berusahalah. Semangatlah. Suksesmu ada waktunya. Berjuanglah. Restu kedua orang tua serta dukungan keluargamu mengitarimu.

Sebenarnya tak akan sulit saat kamu mengemban terbilang dua puluh lima. Hanya bagaimana kamu menghadapinya saja. Berjuanglah ! Bertakwalah ! Tawakallah !

.
.
.
Annisaturahmi

PINTA KU

Oleh: Annisaturahmi    Aku anak yang dipanggil spesial  Tetapi kadang kala dianggap tidak spesial    Aku miliki beribu memori  Y...