Sabtu, 01 Agustus 2020

"Gak mau jadi guru !"(Sebuah curhatan seorang guru yang dulunya tak bercita-cita menjadi guru)

"Gak mau jadi guru!"
Saat SD berkata seperti ini ketika membantah pernyataan seorang kakek yang tidak aku kenali. Beliau tiba-tiba sok meramal jika dewasa kelak aku akan menjadi seorang GURU.

"Gak mau jadi guru!"
Saat SMP berkata seperti ini, tapi aku selalu mengajarkan anak tetangga. Kalau mereka ada Pekerjaan Rumah (PR) selalu datang kepadaku. Malahan terkadang meski tiada tugas, tetap ingin belajar denganku. Oh ya. Aku cita-citanya saat itu ingin menjadi seorang POLWAN.

"Gak mau jadi guru!"
Saat SMA, semakin mantap bercita-cita untuk menjadi seorang POLWAN, tapi banyak kendala menuju ke sana. Semasa SMA, sering kali berlagak menjadi seorang guru menjelaskan beberapa materi akademik dan ekstra kurikuler kala itu kepada teman-teman.

"Gak mau jadi guru!"
Ehh. Pas mau lulus SMA karena sadar untuk menjadi POLWAN membutuhkan biaya yang cukup besar. Cita-cita itu diurungkan. Aku melanjutkan kuliah.

"Gak mau jadi guru!"
Nyatanya aku masuk ke Fakultas Keguruan di salah satu Universitas Negeri di Provinsi Riau. Universitas Riau namanya. Aku masuk ke Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang.

"Gak mau jadi guru!"
Karena bahasa Jepang, peluang utk menjadi guru bisa saja aku hindari. Jurusan ini bisa kerja tidak hanya menjadi guru. 
"Yeah. Aku tidak akan menjadi guru", pikirku.

"Gak mau jadi guru!"
Saat kuliah aku begitu aktif di organisasi, ehhh ujung-ujungnya aku dimasukkan ke Bagian Pendidikan, selalu. Apa-apa berhubungan pendidikan dan itu mengajar. Ya jadi guru. Kementerian Pendidikan, aksi pendidikan, komunitas mahasiswa peduli pendidikan, Satori (Himpunan Mahasiswa Bahas Jepang UNRI) mengajar. Apapun yang berhubungan dengan pendidikan. Kala itu pengabdian ke desa-desa terpencil di Riau untuk mengajar acap kali dilakukan. Mengurusi permasalahan guru honorer, sekolah marginal, dan sejenisnya selalu aku gawangi bersama teman-teman. Pokoknya semua berhubungan dengan pendidikan. Aku selalu bertanggungjawab atas itu.

"Gak mau jadi guru!"
Ketika praktik mengajar alias PPL di sebuah sekolah, gaya aku sudah berubah seperti guru profesional. Mengajar siswa, memotivasi siswa, sejenisnya.

"Gak mau jadi guru!"
Saat lulus, ehhh langsung jadi guru karena dapat tawaran. Karena saat menjadi mahasiswa aktif di bidang mengajar dan pendidikan, jadi microteaching/peer teaching sejenisnya, insyaAllah walhamdalah aku bisa.

Malahan saat aku mengikuti pelatihan yang pesertanya para guru-guru di Provinsi Jawa Barat, aku dipuji oleh mentor karena teknik mengajarku baik sekali padahal di usia yang masih muda. Senangnya.
Saat itu aku berpikir, "Sepertinya aku berbakat jadi guru deh!" 🤣

"Gak mau jadi guru!" 
Pemikiran itu datang lagi, aku resign dari sekolah yang telah memberiku tawaran dan hijrah ke Jakarta. Ehhh. Di perusahaan di Jakarta itu aku tetap menjadi guru. Panggilan "Sensei" (guru dalam bahasa Jepang) melekat selalu padaku.

"Gak mau jadi guru!" 
Tak lama, aku resign. Berniat untuk berangkat ke Jepang guna bekerja, tapi Tuhan berkata lain. Aku gagal di bagian tes kesehatan. (Kala itu banyak yang kaget, karena di antara sesama, aku yg paling kuat katanya. Naik gunung, trip, etc)

Kalau Tuhan tidak mengizinkan, ya bagaimana lagi ya. Gagal ke Jepang. Aku kembali ke Riau, tepatnya Pekanbaru. 
"Masih tidak mau jadi guru?"
Iya.

Aku bekerja menjadi seorang tukang kopi yang disapa dengan sebutan "barista". Ehh. Lambat laun ada keinginan untuk kembali mengajar, entah kenapa. Akhirnya aku menerima murid les privat. Tak berapa lama ada tawaran mengajar di salah satu sekolah di Kota Pekanbaru. Langsung terima ? Tentu tidak.

Aku tolak karena aku takut tidak kerasan. Sembari jadi tukang kopi dan mengajar les privat, tawaran sekolah datang lagi. Entah mengapa, yang satu ini aku terima saja. Seperti hati ini terketuk untuk memulai kembali mengajar di sekolah formal lagi.

Di saat itu aku berbincang dengan diriku sendiri, "Sudahlah ! Selesaikan pencarianmu ! Mungkin saja engkau memang ditakdirkan utk menjadi seorang pendidik !"

Hingga kini, rutinitas itu aku jalani.
Panggilan "Sensei" melekat sekali padaku. Murid-murid yang dulu aku tinggalkan (karena pindah kerja) selalu berinteraksi denganku. Entah kenapa itu selalu menjadi obat penyegar dikala aku drop hati dan pikirannya.

"Gak mau jadi guru!"
Pernyataan yang selalu aku ucapkan, tapi Allah membantahnya. ALLAH selalu berkata lain. Terkadang hal yang kita benci atau kita hindari akan menjadi bagian dari hidup kita.

Aku yang bandel ini, tidak pernah sadar akan jalan Allah SWT. Berulang kali ia beri aku kode, namun aku tiada sadar. Akan tetapi, ia Maha Pengasih, tidak pernah meninggalkanku dan mengembalikan lagi padaku.

Kedepannya apakah pernyataan itu akan kembali muncul? Entahlah. Akan tetapi, kini aku ber-Basmallah untuk memilih jalan ini. Aku tahu jadi guru tidak mudah. Jalan amal yang katanya akan selalu mengalir meski ragaku tak bernyawa lagi. Basmallah di jalan pengabdian ini. Allah, telah memberikanku kisah. Kisah indah bertemu para penerus bangsa, negara, dan agama.

"KINI. AKU, BANGGA MENJADI SEORANG GURU!"

-Annisaturahmi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PINTA KU

Oleh: Annisaturahmi    Aku anak yang dipanggil spesial  Tetapi kadang kala dianggap tidak spesial    Aku miliki beribu memori  Y...